Pada
umumnya, teknologi virtual reality biasanya sering dikaitkan dengan
permainan komputer, hiburan maupun penerapan militer. Akan tetapi,
sejumlah peneliti di jerman mengungkapkan bahwa virtual reality juga
bisa digunakan untuk memprediksi kemungkinan penyakit Alzheimer pada
seseorang. Dengan penggunaan cara virtual reality (VR) tersebut,
penyakit Alzheimer bisa dideteksi puluhan tahun sebelum muncul.
Dalam
penelitiannya tersebut, para peneliti melibatkan sejumlah orang
dengan tenggang usia antara 18 tahun sampai dengan 30 tahun, yang
diminta untuk berkenalan didalam sebuah labirin, untuk menguji fungsi
tertentu pada sel otak.
Ilmuwan
syaraf di jerman mengatakan, bahwa orang-orang yang mempunyai risiko
genetik tinggi terkena Alzheimer, bisa diketahui dari hasil
“perjalanan” mereka.
Para
ilmuwan yang berada dibawah naungan Pusat penyakit Syaraf Degeneratif
Jerman di Bonn mengatakan, bahwa kelompok yang memiliki risiko tinggi
akan berkenalan didalam labirin dengan cara yang berbeda. Selain itu,
terdapat pula penurunan fungsi, jenis sel tertentu didalam otak yang
terlibat dalam navigasi ruang.
Seperti
informasi yang dilansir dari laman Liputan6.com, Senin (26/10/2015)
yang bersumber dari BCC, dikatakan bahwa temuan ini mampu memberikan
penjelasan terkait dengan pertantaan “mengapa orang yang pikun
mengalami kesulitan melakukan navigasi di dunia sekeliling mereka?”
Para
ilmuwan mengatakan, bahwa hasil-hasil yang mereka dapatkan mampu
memberikan kerangka kerja mendasar yang baru untuk penelitian pra
klinis Alzheimer’s dan juga dapat memberikan penjelasan secara
neurokognitif mengenai disorientasi ruang pada penyakit Alzheimer.
Disamping itu, memang faktor keturunan memiliki peranan yang cukup
besar dalam kepikunan ini, akan tetapi pengaruhnya cukup “rumit”
untuk ditelaah. Padalnya, masih cukup banyak hal yang belum
diketahui.
Dr.
Laura Phipps dari Alhezheimer’s Research mengatakan, penelitian
terbaru saat ini lebih difokuskan kepada orang-orang muda yang sehat,
akan tetapi memiliki risiko tinggi secara genetika, terkait dengan
penyakit Alzheimer. Kesimpulannya, orang-orang muda tersebut
ditengarai sudah mengalami gangguan navigasi ruang, bahkan sejak
puluhan tahun sebelum penyakitnya benar-benar muncul secara nyata.
Laura
menambahkan, bahwa terdapat beberapa faktor yang bisa menyebabkan
penyakit yang satu ini, seperti
Usia,
genetika, serta gaya hidup. Penelitian ini sangat penting dilakukan
untuk memungkinkan seseorang memahami bagaimana setiap faktor yang
ada bisa memberikan “sumbangan” terhadap risiko terkena penyakit
yang satu ini.