Wednesday, January 6, 2016
Berlangganan

Mari Prediksi Risiko Alzheimer Dengan Teknologi Virtual Reality

Pada umumnya, teknologi virtual reality biasanya sering dikaitkan dengan permainan komputer, hiburan maupun penerapan militer. Akan tetapi, sejumlah peneliti di jerman mengungkapkan bahwa virtual reality juga bisa digunakan untuk memprediksi kemungkinan penyakit Alzheimer pada seseorang. Dengan penggunaan cara virtual reality (VR) tersebut, penyakit Alzheimer bisa dideteksi puluhan tahun sebelum muncul.
Dalam penelitiannya tersebut, para peneliti melibatkan sejumlah orang dengan tenggang usia antara 18 tahun sampai dengan 30 tahun, yang diminta untuk berkenalan didalam sebuah labirin, untuk menguji fungsi tertentu pada sel otak.
Ilmuwan syaraf di jerman mengatakan, bahwa orang-orang yang mempunyai risiko genetik tinggi terkena Alzheimer, bisa diketahui dari hasil “perjalanan” mereka.
Para ilmuwan yang berada dibawah naungan Pusat penyakit Syaraf Degeneratif Jerman di Bonn mengatakan, bahwa kelompok yang memiliki risiko tinggi akan berkenalan didalam labirin dengan cara yang berbeda. Selain itu, terdapat pula penurunan fungsi, jenis sel tertentu didalam otak yang terlibat dalam navigasi ruang.
Seperti informasi yang dilansir dari laman Liputan6.com, Senin (26/10/2015) yang bersumber dari BCC, dikatakan bahwa temuan ini mampu memberikan penjelasan terkait dengan pertantaan “mengapa orang yang pikun mengalami kesulitan melakukan navigasi di dunia sekeliling mereka?”
Para ilmuwan mengatakan, bahwa hasil-hasil yang mereka dapatkan mampu memberikan kerangka kerja mendasar yang baru untuk penelitian pra klinis Alzheimer’s dan juga dapat memberikan penjelasan secara neurokognitif mengenai disorientasi ruang pada penyakit Alzheimer. Disamping itu, memang faktor keturunan memiliki peranan yang cukup besar dalam kepikunan ini, akan tetapi pengaruhnya cukup “rumit” untuk ditelaah. Padalnya, masih cukup banyak hal yang belum diketahui.
Dr. Laura Phipps dari Alhezheimer’s Research mengatakan, penelitian terbaru saat ini lebih difokuskan kepada orang-orang muda yang sehat, akan tetapi memiliki risiko tinggi secara genetika, terkait dengan penyakit Alzheimer. Kesimpulannya, orang-orang muda tersebut ditengarai sudah mengalami gangguan navigasi ruang, bahkan sejak puluhan tahun sebelum penyakitnya benar-benar muncul secara nyata.
Laura menambahkan, bahwa terdapat beberapa faktor yang bisa menyebabkan penyakit yang satu ini, seperti
Usia, genetika, serta gaya hidup. Penelitian ini sangat penting dilakukan untuk memungkinkan seseorang memahami bagaimana setiap faktor yang ada bisa memberikan “sumbangan” terhadap risiko terkena penyakit yang satu ini.